TEMPO.CO, Jakarta - Mau tahu bagaimana kehidupan pengamen jalanan di Jakarta ? Tontonlah film dokumenter berjudul 'Jalanan' mulai 10 April 2014. Film yang disutradarai Daniel Ziv ini memenangi Best Documentary dalam Busan International Film Festival 2013. (Baca: Film Jalanan, Cerita Tiga Pengamen Ibu Kota)
Tokoh dalam film ini adalah Ho, Titi, dan Boni yang sudah lima tahun menjadi pengamen di angkutan umum Jakarta. Ho, pengamen berambut gimbal. Ia menikmati hidup apa adanya. Kehadiran beberapa wanita mewarnai hidupnya yang masih melajang hingga akhirnya bertemu dengan seorang janda beranak tiga yang menjadi istrinya.
Boni, pria berbadan kecil ini kerap berpindah tempat tinggal. Kolong jembatan dan banjir Jakarta adalah tempat dan suasana yang akrab dengan dirinya. Setiap musim banjir ia mesti bersiap mencari persinggahan lain. Saat dirinya menempati salah satu kolong jembatan di kawasan Sudirman, ia upayakan tempat tinggalnya dapat menjadi tempat yang nyaman. Mimpinya bisa tinggal di kawasan selevel hotel bintang lima, tapi mentok di bintang satu, tuturnya dalam lirik lagu yang sempat ia nyanyikan.
Titi, menjadi satu-satunya pengamen wanita dalam kisah di film ini. Titi layaknya orang daerah pada umumnya, melirik Jakarta untuk mendapatkan kehidupan lebih baik. Ia meninggalkan rumah dan keluarganya di Jawa Timur, di mana orang tua yang tak merestui dia ke Jakarta. Kegigihan Titi, akhirnya membuat orang tua luluh. Ia mengamen agar dapat membiayai sekolah anaknya di kampung. Ia sangat berharap anaknya bisa memiliki kesempatan hidup lebih baik dari dirinya.
Ketiga pengamen ini mempersilakan lima tahun kehidupannya disaksikan masyarakat luas. Bagaimana mereka menghadapi getir, bagaimana tetap bertahan, dan berusaha bisa tertawa menertawai hidup yang pahit.
Film ini cukup lengkap menyoroti kehidupan personal tiga pengamen yang diaudisi Daniel lewat cara yang unik. Ketiganya Daniel temukan setelah ia berkali-kali naik-turun angkutan umum di jalanan ibukota. Usaha serta temuan mata Daniel tidak sia-sia. Meski ketiganya awam terhadap sorotan kamera, justru di situlah sebuah dokumenter jadi lebih hidup.
Segala kepolosan hidup, luapan rasa suka-duka, kisruh perceraian, harapan pernikahan dan keluarga ideal, kesepian dan rindu terhadap keluarga dan pasangan, semuanya hadir ditampilkan gamblang. Daniel ingin menampilkan inilah sebuah cermin hidup yang sangat mungkin dan juga dialami kaum marjinal yang hidup di sekitar kita.
Film ini digarap oleh Daniel -- karya perdananya -- dalam kurun waktu lima tahun. menghasilkan total durasi 250 jam tentunya memberikan pekerjaan rumah tersendiri kala harus dipilih 107 menit untuk ditayangkan. Daniel melibatkan ketiga aktornya itu, untuk membuat lagu dalam film Jalanan.
Musik-musik mewarnai berbagai adegan, di jalanan, di rumah, berisi ragam tema dari keseharian hingga kritik perpolitikan. Musisi lain pun turut dilibatkan seperti Franky Sahilatua, Luky Annash, Cozy Streer Corner, Thanding Sari dan Tika. Gitaris band Navicula dan Dadang SH Pranoto (Cozy Street Corner) dipercayai untuk menggarap scoring music.
Film ini digarap juga oleh Ernest Hariyanto (editor), Meita Eriska (sound recordist), dan Levy Santoso (sound design and mixing). Jalanan ditayangkan di tiga bioskop komersil di Jakarta, yaitu Plasa Senayan, Blok M Square dan Blitz Grand Indonesia mulai 10 April.
0 comments:
Post a Comment